Piwulang – Ratusan Ribu Unit Hyundai mengalami penarikan kembali atau yang biasa disebut Recall yang mencapai 280.000 unit mobil di Amerika Utara. Keputusan Hyundai melakukan Recall ini disebabkan oleh pretensioner sabuk pengaman yang diduga dapat meledak dan memicu terjadinya cedera.
Penarikan kembali yang dilakukan oleh pabrik asal Korea ini bukan tanpa sebab. Melainkan karena telah terjadi tiga laporan masuk. Beberapa model yang terdampak pada laporan kali ini yakni, mobil hybrid Accent 2019-2022, Elantra 2021-2023, dan Elantra 2021-2022.
Jika kendaraan mengalami kecelakaan, pretensioner pada sabuk pengaman dapat memicu ledakan saat dipasang. Oleh karena itu, perusahaan melakukan Recall untuk ratusan ribu unit mobil, dan akan memberikan perlindungan tambahan pada bagian kepala sabuk pengaman.
Sebagai informasi tambahan, pretensioner pada sabuk pengaman merupakan merupakan bagian dari sistem yang bertugas mengunci sabuk pengaman. Dengan adanya komponen tersebut, diharapkan pengemudi dan penumpang tetap aman meskipun sedang terjadi kecelakaan.
Dengan adanya laporan terbaru ini, menjadikan Hyundai memiliki empat daftar produk tambahan yang dilakukan Recall. Sebelumnya, beberapa produk Hyundai seperti model Accent, Elantra, dan Elantra HEV telah lebih dahulu dilakukan Recall untuk mendapatkan perbaikan.
Penarikan yang terjadi di beberapa wilayah di Amerika Serikat baru mencapai angka 230.000 unit, sedangkan pada negara Kanada baru mencapai 42.000 unit.
Pada akhir tahun 2021 yang lalu, Hyundai telah mendapatkan peringatan lantaran mobil Elentra tahun produksi 2021 mengalami kecelakaan, dan pretensioner sabuk pengaman pada bagian pengemudi tidak bekerja sebagaimana mestinya sehingga meledak yang mengakibatkan adanya pecahan logam yang bisa melukai kaki penumpang.
Hyundai juga telah melakukan penyelidikan untuk mencari tahu akar permasalahan yang terjadi dan mencari solusi terbaik. Pihaknya juga masih secara aktif menyelidiki mobil Venue dan Genesis GV70/GV80 yang sebelumnya juga telah dilakukan penarikan.
Dari masalah yang ada, ditemukan dua kasus yang sama yang terjadi di Amerika Serikat dan juga di Singapura.